Laman

Minggu, 01 Desember 2013

Indahnya Malam Solo dengan Bidadari-Bidadari Solo


            25 Juni 2011, hari itu aku dan keluargaku berniat pergi ke Jogjakarta untuk menjenguk salah satu saudaraku yang sedang kuliah di sana. Dalam perjalanan kami menuju Jogjakarta, kami melewati Kota Solo. Ketika perjalanan kami telah sampai di kota Solo,jam di tanganku sudah menunjukan pukul setengah enam petang.
            Waktu itu, kota Solo sangat ramai. Terlihat dengan berlalu lalangnya kendaraan yang melintas.  Namun, yang menjadi pertanyaanku kala itu, kenapa kendaraan yang melintas itu seakan-akan mempunyai arah yang sama? apa tujuan mereka sama? pikirku. Dan pertanyaanku terjawab ketika kami singgah di salah satu masjid di daerah Purwosari,Solo untuk melaksanakan sholat magrib.  Saat itu,di kota Solo akan diadakan perhelatan SBC (Solo Batik Carnival), salah satu event yang konon merupakan event terbesar yang diselenggarakan setiap tahun dan menjadi ikon pariwisata kota Solo. Wah kebetulan sekali?
            Setelah melaksanakan sholat magrib, aku dan kakak sepupuku minta ijin untuk pergi melihat SBC sebentar karena perjalanan menuju Jogjakarta akan segera dilanjutkan setelah sholat isya’.  Namun waktu itu,SBC belum dimulai. Menurut informasi,SBC Akan dimulai setelah isya’.  Akhirnya,aku dan kakak sepupuku sepakat pergi untuk membeli makanan ringan ala Solo. Kue serabi asli buatan orang Solo.
            Sambil menunggu penjualnya memasak serabi dengan alat yang masih sederhana dan tradisional, aku dan kakak sepupuku melihat-lihat keramaian. Terlihat orang-orang dari berbagai penjuru memadati kawasan Purwosari ini. Karena rute SBC kali ini akan melewati Purwosari hingga Ngarsopuro Mangkunegaran. Suasana sepanjang jalan menjadi sangat ramai. Aku semakin tertarik untuk melihat SBC.  Setelah beberapa menit,penjual serabi memanggil untuk memberi tahu bahwa pesanan kami sudah siap.
            Kami pun membawa kue serabi yang kami pesan ke trotoar jalan sambil melihat penampilan dari musik  etnik yang cukup menghibur. Kue serabi khas Solo sangat nikmat. Kue serabi yang teksturnya yang kenyal tapi lembut, dan rasanya yang legit-legit gurih,alunan music etnik yang cukup enak di telinga,suasana keramaian dari orang-orang Solo yang mayoritas lemah lembut dan sopan,  serta lampu-lampu malam di Kota Solo membuat malam kami terasa sangat indah.
             Saat kami sedang asyik makan kue serabi,terdengar suara adzan sholat isya’ berkumandang.  Kakak sepupuku  mengajakku untuk segera kembali ke masjid tempat ayah dan ibu menunggu,tapi dengan berbagai alasan,aku berusaha mengulur-ulur waktu karena sebenarnya aku sudah sangat penasaran dengan SBC ini.  Dengan alasan suasana jalan yang sangat ramai,jadi mungkin mobil kami tidak bisa lewat kakak sepupuku menurutiku.
            Beberapa menit kemudian,tiba-tiba penonton yang tadinya anteng di trotoar tiba-tiba  berusaha maju ke depan. Aku dan kakak sepupuku mengikutinya. Ternyata, rombongan peserta SBC akan segera lewat. Masih terlihat dari kejauhan,puluhan orang dengan kostum batik yang unik berlarian menari di tengah jalan.  Namanya atraksi ande-ande lumut,salah satu legenda yang dikenal masyarakat Jawa. Tanpa disadari,aku ikut hanyut dalam keindahan tarian yang dimainkan dengan menari-nari kecil. Beberapa orang sempat memperhatikanku. Dan aku baru sadar saat kakak sepupuku menyenggolku. Betapa malunya aku saat itu.
            Untuk menutupi rasa maluku,aku pergi ke trotoar di belakang penonton karena pada saat itu mayoritas penonton yang hampir maju ke badan jalan dan meninggalkan kakak sepupuku yang masih berada di badan jalan bersama penonton yang lain. Kemudian aku duduk di salah satu sudut trotoar untuk menantikan atraksi selanjutnya.
            Beberapa saat kemudian terlihat animo masyarakat menyambut atraksi baru.  Ada yang berbisik ini adalah atraksi dari tema Ratu Kencana Wungu. Ratu Kencana Wungu? Seperti apa Ratu Kencana wungu itu? aku semakin penasaran. Aku berusaha melihat tapi tak kelihatan karena orang-orang di depatku sangat padat dan rata-rata berbadan lebih besar dariku. Akhirnya aku mencari tempat lain yang lebih lenggang atau setidaknya penontonnya badannya setara atau lebih kecil dariku. Setelah menemukan tempatnya,aku berusaha mendapatkan tempat yang paling depan karena aku ingin mengabadikan peragaan ratu Kencana Wungu di kameraku. Peserta SBC yang meragakan ratu Kencana Wungu dengan kostum batiknya yang unik sangat cantik. Aku ingin memperlihatkan perhelatan yang hanya ada di kota Solo ini kepada teman-temanku di kotaku.
            Atraksi selanjutnya adalah Roro Jonggrang.  Aku semakin penasaran dengan kostum unik  yang dipakai pemeran Roro Jonggrang karena menurut cerita Roro Jonggrang tersebut sangat cantik. Ternyata benar adanya, Roro Jonggrang dalam perhelatan akbar tersebut sangat cantik.  Lalu, kuabadikan dalam kamera ponselku. Setelah mengabadikan foto tersebut,aku mendengar seorang anak kecil yang merengek nangis karena mengantuk. Namun,ibunya masih penasaran dan ingin melihat  dengan atraksi selanjutnya dari perhelatan tersebut sehingga membujuk anaknya agar mau tidur di gendongannya. Dan saat itu pula aku baru sadar. Dimana kakak sepupu yang tadi bersamaku? Kemana dia?
            Dalam kerumunan orang banyak, aku berusaha mencari kakak sepupuku.  Tapi,kakak sepupuku tak jua ketemu. Kutelepon ponselnya tapi tidak diangkat,aku sms tapi tak dibalas. Kemana dia?
            Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke masjid tempat ayah dan ibuku menunggu. Aku siap jika mereka marah,karena ini memang salahku. Harusnya aku harus kembali saat adzan isya’ tapi aku malah mengulur-ulur waktu demi melihat perhelatan akbar yang sangat membuatku penasaran.  Dan aku meninggalkan kakakku  ke sudut trotoar karena malu karena dilihat orang-orang karena malu saat hanyut dalam atraksi tarian ande-ande lumut di awal perhelatan. Tapi masalahnya,aku lupa nama masjidnya. Aku berusaha mengingat-ingat jalan yang tadi kulalui.  Tapi juga lupa jalannya. Bagaimana aku bisa pulang? aku semakin bingung mengingat hari semakin larut malam. Walaupun,kota Solo masih sesak orang namun aku juga takut jika tersesat di kota orang.
            Kuberanikan bertanya kepada salah satu masyarakat Solo tentang masjid terdekat. Aku yakin,masyarakat Solo baik,ramah,dan jujur. Dan orang tersebut memberi petunjuk jalannya.  Dengan hati-hati dan waspada aku ikuti petunjuknya. Akhirnya,sampailah pada gerbang masjid.
            Sebenarnya aku lupa masjidnya tapi aku berusaha meyakinkan diri bahwa inilah masjid yang tadi kusinggahi bersama keluargaku.  Lalu aku mencari ayah dan ibuku. tapi tak jua ketemu. Lalu aku mencari mobil keluarga kami di parkiran dan mobilnya masih ada. Artinya keluargaku masih berada di sekitar masjid ini. Saat bersandar di mobil keluarga kami,aku merasakan getar ponselku. Aku lihat ternyata ayah meneleponku. Dia menanyai keberadaanku dan ayah memintaku untuk tetap berada di dekat mobil karena ayah akan menuju ke mobil.
            Tak berapa lama,aku melihat ayah berjalan dari kejauhan bersama ibu dan kakak sepupuku. Aku takut jika ayah marah kepadaku tapi disisi lain aku merasa senang karena aku akan berkumpul dengan keluargaku lagi.
            Setelah kami semua lengkap,ayah segera menyetater mobil kami karena perjalanan kami akan segera dilanjutkan.  Dalam suasana kota Solo yang masih padat merayap karena perhelatan Solo Batik Carnival baru saja usai ayah mengendarai mobil dengan sangat hati-hati. Dalam perjalanan aku di omeli ayah,ibu dan kakak sepupuku. Walau dalam keadaan dongkol tapi hatiku sangat senang karena aku baru saja melakukan petualangan yang sangat luar biasa. Mendapat pengetahuan dan wawasan baru terhadap kota Solo, melihat atraksi-atraksi  yang cetar membahana, dan mendapat inspirasi baru dari melihat kostum batik yang unik yang dipakai para peserta Solo Batik Carnival. Dan tak lupa,dalam hatiku aku sangat berterima kasih kepada masyarakat Solo yang baik,ramah,lemah lembut dan jujur.



 Banner  Lomba Menulis Kesan Tentang Solo :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wikipedia

Hasil penelusuran

Search