25 Juni 2011, hari itu aku dan
keluargaku berniat pergi ke Jogjakarta untuk menjenguk salah satu saudaraku
yang sedang kuliah di sana. Dalam perjalanan kami menuju Jogjakarta, kami
melewati Kota Solo. Ketika perjalanan kami telah sampai di kota Solo,jam di tanganku
sudah menunjukan pukul setengah enam petang.
Waktu itu, kota Solo sangat ramai.
Terlihat dengan berlalu lalangnya kendaraan yang melintas. Namun, yang menjadi pertanyaanku kala itu,
kenapa kendaraan yang melintas itu seakan-akan mempunyai arah yang sama? apa
tujuan mereka sama? pikirku. Dan pertanyaanku terjawab ketika kami singgah di
salah satu masjid di daerah Purwosari,Solo untuk melaksanakan sholat magrib. Saat itu,di kota Solo akan diadakan perhelatan
SBC (Solo Batik Carnival), salah satu event yang konon merupakan event terbesar
yang diselenggarakan setiap tahun dan menjadi ikon pariwisata kota Solo. Wah
kebetulan sekali?
Setelah melaksanakan sholat magrib,
aku dan kakak sepupuku minta ijin untuk pergi melihat SBC sebentar karena
perjalanan menuju Jogjakarta akan segera dilanjutkan setelah sholat isya’. Namun waktu itu,SBC belum dimulai. Menurut
informasi,SBC Akan dimulai setelah isya’.
Akhirnya,aku dan kakak sepupuku sepakat pergi untuk membeli makanan
ringan ala Solo. Kue serabi asli buatan orang Solo.
Sambil menunggu penjualnya memasak
serabi dengan alat yang masih sederhana dan tradisional, aku dan kakak sepupuku
melihat-lihat keramaian. Terlihat orang-orang dari berbagai penjuru memadati kawasan
Purwosari ini. Karena rute SBC kali ini akan melewati Purwosari hingga
Ngarsopuro Mangkunegaran. Suasana sepanjang jalan menjadi sangat ramai. Aku
semakin tertarik untuk melihat SBC.
Setelah beberapa menit,penjual serabi memanggil untuk memberi tahu bahwa
pesanan kami sudah siap.
Kami pun membawa kue serabi yang
kami pesan ke trotoar jalan sambil melihat penampilan dari musik etnik yang cukup menghibur. Kue serabi khas Solo sangat nikmat. Kue serabi yang teksturnya yang kenyal tapi lembut, dan
rasanya yang legit-legit gurih,alunan music etnik yang cukup enak di telinga,suasana
keramaian dari orang-orang Solo yang mayoritas lemah lembut dan sopan, serta lampu-lampu malam di Kota Solo membuat
malam kami terasa sangat indah.
Saat kami sedang asyik makan kue serabi,terdengar
suara adzan sholat isya’ berkumandang.
Kakak sepupuku mengajakku untuk
segera kembali ke masjid tempat ayah dan ibu menunggu,tapi dengan berbagai
alasan,aku berusaha mengulur-ulur waktu karena sebenarnya aku sudah sangat
penasaran dengan SBC ini. Dengan alasan
suasana jalan yang sangat ramai,jadi mungkin mobil kami tidak bisa lewat kakak
sepupuku menurutiku.
Beberapa menit kemudian,tiba-tiba
penonton yang tadinya anteng di trotoar tiba-tiba berusaha maju ke depan. Aku dan kakak
sepupuku mengikutinya. Ternyata, rombongan peserta SBC akan segera lewat. Masih
terlihat dari kejauhan,puluhan orang dengan kostum batik yang unik berlarian
menari di tengah jalan. Namanya atraksi
ande-ande lumut,salah satu legenda yang dikenal masyarakat Jawa. Tanpa
disadari,aku ikut hanyut dalam keindahan tarian yang dimainkan dengan menari-nari
kecil. Beberapa orang sempat memperhatikanku. Dan aku baru sadar saat kakak
sepupuku menyenggolku. Betapa malunya aku saat itu.
Untuk menutupi rasa maluku,aku pergi
ke trotoar di belakang penonton karena pada saat itu mayoritas penonton yang hampir
maju ke badan jalan dan meninggalkan kakak sepupuku yang masih berada di badan
jalan bersama penonton yang lain. Kemudian aku duduk di salah satu sudut
trotoar untuk menantikan atraksi selanjutnya.
Beberapa saat kemudian terlihat animo
masyarakat menyambut atraksi baru. Ada
yang berbisik ini adalah atraksi dari tema Ratu Kencana Wungu. Ratu Kencana
Wungu? Seperti apa Ratu Kencana wungu itu? aku semakin penasaran. Aku berusaha
melihat tapi tak kelihatan karena orang-orang di depatku sangat padat dan
rata-rata berbadan lebih besar dariku. Akhirnya aku mencari tempat lain yang
lebih lenggang atau setidaknya penontonnya badannya setara atau lebih kecil
dariku. Setelah menemukan tempatnya,aku berusaha mendapatkan tempat yang paling
depan karena aku ingin mengabadikan peragaan ratu Kencana Wungu di kameraku.
Peserta SBC yang meragakan ratu Kencana Wungu dengan kostum batiknya yang unik
sangat cantik. Aku ingin memperlihatkan perhelatan yang hanya ada di kota Solo
ini kepada teman-temanku di kotaku.
Atraksi selanjutnya adalah Roro Jonggrang.
Aku semakin penasaran dengan kostum
unik yang dipakai pemeran Roro Jonggrang
karena menurut cerita Roro Jonggrang tersebut sangat cantik. Ternyata benar
adanya, Roro Jonggrang dalam perhelatan akbar tersebut sangat cantik. Lalu, kuabadikan dalam kamera ponselku. Setelah
mengabadikan foto tersebut,aku mendengar seorang anak kecil yang merengek
nangis karena mengantuk. Namun,ibunya masih penasaran dan ingin melihat dengan atraksi selanjutnya dari perhelatan
tersebut sehingga membujuk anaknya agar mau tidur di gendongannya. Dan saat itu
pula aku baru sadar. Dimana kakak sepupu yang tadi bersamaku? Kemana dia?
Dalam kerumunan orang banyak, aku
berusaha mencari kakak sepupuku. Tapi,kakak
sepupuku tak jua ketemu. Kutelepon ponselnya tapi tidak diangkat,aku sms tapi
tak dibalas. Kemana dia?
Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke
masjid tempat ayah dan ibuku menunggu. Aku siap jika mereka marah,karena ini
memang salahku. Harusnya aku harus kembali saat adzan isya’ tapi aku malah
mengulur-ulur waktu demi melihat perhelatan akbar yang sangat membuatku
penasaran. Dan aku meninggalkan kakakku ke sudut trotoar karena malu karena dilihat
orang-orang karena malu saat hanyut dalam atraksi tarian ande-ande lumut di
awal perhelatan. Tapi masalahnya,aku lupa nama masjidnya. Aku berusaha
mengingat-ingat jalan yang tadi kulalui.
Tapi juga lupa jalannya. Bagaimana aku bisa pulang? aku semakin bingung
mengingat hari semakin larut malam. Walaupun,kota Solo masih sesak orang namun
aku juga takut jika tersesat di kota orang.
Kuberanikan bertanya kepada salah
satu masyarakat Solo tentang masjid terdekat. Aku yakin,masyarakat Solo
baik,ramah,dan jujur. Dan orang tersebut memberi petunjuk jalannya. Dengan hati-hati dan waspada aku ikuti
petunjuknya. Akhirnya,sampailah pada gerbang masjid.
Sebenarnya aku lupa masjidnya tapi
aku berusaha meyakinkan diri bahwa inilah masjid yang tadi kusinggahi bersama
keluargaku. Lalu aku mencari ayah dan
ibuku. tapi tak jua ketemu. Lalu aku mencari mobil keluarga kami di parkiran
dan mobilnya masih ada. Artinya keluargaku masih berada di sekitar masjid ini.
Saat bersandar di mobil keluarga kami,aku merasakan getar ponselku. Aku lihat
ternyata ayah meneleponku. Dia menanyai keberadaanku dan ayah memintaku untuk
tetap berada di dekat mobil karena ayah akan menuju ke mobil.
Tak berapa lama,aku melihat ayah
berjalan dari kejauhan bersama ibu dan kakak sepupuku. Aku takut jika ayah
marah kepadaku tapi disisi lain aku merasa senang karena aku akan berkumpul dengan
keluargaku lagi.
Setelah kami semua lengkap,ayah
segera menyetater mobil kami karena perjalanan kami akan segera
dilanjutkan. Dalam suasana kota Solo
yang masih padat merayap karena perhelatan Solo Batik Carnival baru saja usai ayah
mengendarai mobil dengan sangat hati-hati. Dalam perjalanan aku di omeli
ayah,ibu dan kakak sepupuku. Walau dalam keadaan dongkol tapi hatiku sangat
senang karena aku baru saja melakukan petualangan yang sangat luar biasa.
Mendapat pengetahuan dan wawasan baru terhadap kota Solo, melihat atraksi-atraksi
yang cetar membahana, dan mendapat
inspirasi baru dari melihat kostum batik yang unik yang dipakai para peserta
Solo Batik Carnival. Dan tak lupa,dalam hatiku aku sangat berterima kasih
kepada masyarakat Solo yang baik,ramah,lemah lembut dan jujur.
Banner Lomba Menulis Kesan Tentang Solo :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar